08/11/09

POLEMIK KPK vs KEPOLISIAN

Kisruh antara KPK dengan pihak Kepolisian semakin memperlihatkan egosentrisme lembaga negara,gambaran ini membentuk sebuah citra buruk lembaga negara yang seharusnya mampu berkoordinasi dan bekerja sama dalam menegakkan hukum terlebih memberantas korupsi. Konflik ini sudah dumulai semenjak terkuaknya kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasruddin Zulkarnain yang melibatkan Antasari Azhar ketua KPK pada waktu itu sebagai tersangka, maka semenjak peristiwa tersebut hubungan antara kedua lembaga ini semakin “dingin” dan renggang.

Perselisihan tersebut telah memasuki babak baru, dan yang kembali masuk “kotak” adalah pimpinan KPK nonaktif,yaitu Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto . Yang disinyalir Polisi terlibat dalam kasus suap dalam pencekalan tersangka korupsi Anggoro Widjojo.
Ada fenomena lain yang terjadi dalam perkembangan perselisihan antara KPK dan Kepolisian. Yaitu begitu besarnya simpati masyarakat terhadap KPK. Hal ini sebenarnya adalah sesuatu yang hadir dari penilaian masyarakat itu sendiri tanpa ada intervensi berbagai pihak dan penilaian tersebut wajar jika masyarakat lebih bersimpati kepada KPK dari pada Kepolisian.

KPK ibarat “Hero” dalam pemberantasan korupsi,sebab KPK mampu membongkar berbagai kasus yang melibatkan pejabat-pejabat tinggi negara,mulai dari kalangan legislatif bahkan seorang penegak hukum, jaksa dan petinggi Kepolisian juga dijerat oleh KPK,rentetan berbagai prestasi tersebut mendapatkan sinyal positif dari masyarakat dan masyarakat umumnya puas dengan kinerja KPK,walaupun tidak jarang pula para pihak mengkritisi kinerja KPK terutama dalam hal kewenangan KPK yang begitu luas kemudian ditafsirkan negatif oleh berbagai pihak.

Bagaimana dengan pihak Kepolisian? Masyarakat sebagian besar masih belum puas dengan pihak Kepolisian,bahkan citra buruk amat sering disematkan kepada lembaga tersebut. Dari hal terkecil saja,ukuran ketidakpuasan tersebut dapat muncul dari kinerja pihak Kepolisian. Terutama masih banyaknya “polisi-polisi nakal” dan bukan hanya itu sering kali pihak Kepolisian mengecewakan dalam mengelola kasus sehingga tak jarang salah tangkap dan kesalahan prosedural terjadi. Satu-satunya yang dapat dijadikan prestasi adalah upaya pemberantasan terorisme. Dimana polisi berhasil menangkap buronan teroris Noordin M.Top ,namun keberhasilan tersebut diperoleh melalui proses yang tertatih-tatih.

Yah…inilah wajah bangsa,sebuah pencitraan buruk bagi penegakan supremasi hukum. Institusi yang seharusnya bahu-membahu memberantas korupsi justru terjebak dalam konflik konspirasi,dan bukan tidak mungkin dibalik konflik tersebut terdapat kepentingan-kepentingan para koruptor. Sesuatu yang harus kita waspadai bersama.

0 comment:

Posting Komentar