26/01/09

MENGENANG REZIM ORDE BARU

Pengantar




Sebuah transisi yang begitu kompleks ,dilatari berbagai gejolak dalam negeri hingga dunia internasional. Inilah keadaan masa-masa yang penuh dengan noda ,tinta emas maupun coretan-coretan yang memperindah maupun merusak sejarah bangsa ini. Penulis dalam renungan menggerutu “seandainya perpusatakaan ini hanya terdapat buku sejarah bangsa ini dari masa lampau hingga masa kini maka rak-rak itu tak akan cukup menampungnya”. Dalam tulisan ini secara singkat akan saya gambarkan sekelumit catatan-catatan sejarah itu,terkhususnya dalam rezim terdahulu. Rezim orde baru “the new order” yang dibangun oleh generasi penerus soekarno,terlepas dari gonjang-ganjing kontroversi “penggulingan” Sang Proklamator dari kursi presiden, rezim orde baru tetaplah sebuah rezim yang khas dan memiliki cara pandang yang sangat berbeda dari gagasan orde sebelumnya. Itulah pembeda,dan sungguh sangat kontradiktif dari apa yang hendak dibangun oleh Pemerintahan masa Soekarno.



Menelisik lebih dalam mengenai kehadiran “the new order” memang sangat penuh politisasi. Tatanan peperangan ideologi yang menjadi latar belakang peralihan kekuasaan, dan pastinya adanya kondisi carut marut perekonomian yang tak kunjung lepas dari krisis. Krisis politik mencapai puncaknya ketika malam pembunuhan Petinggi-petinggi angkatan darat pada akhir September 1965. Malam penuh dengan suasana terror nan mencekam,semua panik dan stabilitas politik kemudian kacau balau. Peristiwa tersebut sampai saat ini menjadi kontroversi yang masih menjadi perdebatan sengit,who?why?adalah dua pertanyaan penting,siapa dalang?dan kenapa?atau apa latar belakang aksi tersebut?



Sejarah umum yang berkembang pada masyarakat adalah menunjuk peran Partai Komunis Indonesia(PKI) sebagai kreator dengan landasan kudeta,hal yang sangat mudah dipahami oleh masyarakat luas sebab ideologi ini cenderung sangat anarkis dalam menjalankan sebuah revolusi apalagi beberapa tahun terdahulu aksi serupa juga pernah hadir. Tuduhan yang semakin dipertegas ketika Soeharto berkuasa kemudian menetapkan PKI dan ajaran-ajaran komunis sebagai sesat dan sebagai simbolik ideologi terlarang,lantas dilakukanlah pembersihan segala yang menyangkut ideologi tersebut,termasuk terror terhadap kader PKI beserta keluarga-keluarga mereka dengan dibunuh maupun diasingkan .Namun pada masa setelah orde baru berakhir maka muncullah satu per satu borok yang telah lama dibungkam oleh rezim dan penghitaman serta kebohongan sejarah. Sang kreator adalah Soeharto ada pula yang menyebut CIA. Semuanya mempunyai bukti-bukti yang kuat.



Soeharto sang dedengkot orde baru adalah sang kreator?,sungguh masuk diakal. Inilah yang disebut “creaping kudeta” yaitu kudeta yang dijalankan secara tidak langsung yang dilakukan secara terstruktur,perlahan-lahan,serta mempunyai perencanaan yang benar-benar matang dan hal ini tentunya mempunyai landasan nafsu kekuasaan yang besar yang tentunya hadir dalam diri Soeharto. Soeharto adalah pemimpin kostrad yang memiliki tanggung jawab fungsi kontrol atas kondisi stabilitas dalam negeri apabila petinggi-petinggi angkatan darat berhalangan dan aturan ini dipertegas dalam konstitusi. Atas dasar inilah para petinggi-patinggi angkatan darat digelanggang ke lubang buaya pada malam itu. Saya kira motifnya jelas,apalagi ada PKI yang bisa dijadikan kambing hitam. Soeharto lalu membumi hanguskan PKI,bukan Cuma para kader-kader partai tersebut tetapi memgharamkan ajaran-ajaran tersebut. Yang luar biasanya lagi,dalam sehari semalam PKI telah di bumi hanguskan. Baru setelah itu Soeharto secara bertahap berupaya menyingkirkan Soekarno perlahan-lahan. Soerkarno dibuatnya terusir dari istana kemudian membatasi ruang-ruang gagasannya dengan membatasi kesempatan berpidatonya,setelah itu giliran ajarannya “Soekarnoisme” yang perlahan-lahan di tenggelamkan ke dasar lautan. Hingga Sepersemar yang menjadi ketidakjelasan sejarah sampai saat ini diserahkan kepada Soeharto, menurut Soekarno itu hanya surat perintah biasa,akan tetapi itu dibuat oleh Soeharto seolah-olah sebagai surat penegasan tentang pengalihan kekuasaan.Itulah sejarahnya kita penuh dengan kontroversi.



Kemudian kreator berikutnya adalah CIA?apakah benar adanya sebagai kreator?,kondisi dunia pada saat itu sedang dalam kondisi perang. Perang ideologi,Barat dan timur. CIA mewakili kepentingan barat. Apalagi waktu itu Soekarno memiliki sikap untuk tak memihak salah satu blok yang ada. Namun dari segi pemikirannya Soekarno lebih condong pada pemikiran blok timur,itu dari rumusan ideologinya sendiri “NASAKOM” dan sikapnya yang menolak rezim pasar kapitalis dan memilih ‘berdiri di atas kaki sendiri’. Itulah landasan CIA untuk melakukan kudeta,apalagi kondisi mereka sangat tidak di untungkan waktu itu jika paham blok timur mewabah dan mendarah-daging di Indonesia. Sang kapitalis terjepit oleh Cina,Vietnam,dan Indonesia. Itulah yang melatarbelakangi skenario pemberontakan.



Inilah gambaran singkat mengenai masa transisi yang penuh polemik ketidakjelasan sejarah, hingga saat ini para sejarawan masih sengit memperdebatkannya. Sebuah konstelasi politik yang mengawali perubahan roda pemerintahan,dari orde lama menuju orde baru.



Paradigma Ekonomi Orde Baru



Paradigma perekonomian orde baru merupakan cerminan perekonomian propasar, namun dalam transmisi menuju liberalisasi ekonomi mendapat banyak hambatan diantaranya adalah:

1. Problem kontradiksi yang terjadi terhadap sistem terdahulu yang sangat penuh doktrin pembangunan yang demokratis dan nasionalis yang menentang pihak asing yang dianggap merupakan manifestasi imperialis baru.

2. Tingkat inflasi 3 digit yang merupakan warisan Soekarno, menimbulkan gerakan-gerakan yang kontra pasar dan menuntut agar pemenuhan sandang pangan pokok.

3. Rentannya kondisi stabilitas politik sehingga memecah prioritas pembangunan orde baru.



Hambatan-hambatan tersebut jelas mengganggu trasmisi paradigma pembangunan dari sentralistik nasionalis menuju liberalisasi yang propasar dan pihak asing. Namun pada awal rezim tersebut disahkanlah undang-undang penanaman modal asing yang jelas mengindikasikan bahwa rezim orde baru menuju gagasan-gagasan ekonomi liberalis. Isi dari undang-undang tersebut antara lain:


1. Menjelaskan bahwa asset-aset Negara yang dikuasai oleh pihak asing tidak akan dinasionalisasikan, namun jika terjadi maka akan diberikan kompensasi yang sesuai.

2. Masa eksplorasi (baca:eksploitasi) adalah 30 tahun dan terdapat opsi perpanjangan kontrak.

3. Akan ada pembebasan tarif dan pajak pada waktu tertentu.

4. Pihak investor asing bebas memilih manajemen direksi dan tenaga ahli serta mambawa keuntungan-keuntungan ke negaranya secara bebas.


Inilah undang-undang yang menjadi awal langkah liberalisasi Indonesia. Implikasi undang-undang ini langsung terasa,undangan Soeharto terhadap pihak asing langsung bersambut dengan kedatangan utang luar negeri. Intelgovernmental Group On Indonesia (IGGI) langsung member i dana sebesar $ 161 juta pada tahun pertama meningkat menjadi $ 361 juta pada tahun kedua dan $ 506 juta pada tahun ketiga. Disusul dengan utang dari Amerika sebesar $ 8,2 juta dan Jepang sebesar $ 30,6 juta pada tahun 1967.



Langkah berikut adalah menggunakan jasa para teknokrat-teknokrat angkatan pertama dari didikan Amerika yang lebih dikenal dengan nama Mafia Berkeley. Diantara mereka ada nama-nama yang kemudian menghiasi kabinet Soeharto yaitu Widjojo Nitrisastro,Emil Salim,Radius Prawiro,Ali Warhana,dkk. Sebenarnya Soeharto juga telah bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran ekonomi liberal sebelum menduduki kursi presiden. Sebab sewaktu jabatan komandan angkatan daratnya dicabut akibat melakukan perdagangan gelap bersama rekan-rekannya ( diantaranya Bob Hasan dan Liem Siaw Liong yang nantinya setelah Soeharto berkuasa bersama-sama membentuk konglomerasi besar) akibatnya Soeharto dihukum dan sebagai bentuk hukumannya Soeharto dikirim ke sekolah angkatan darat, kebetulan yang memberikan ceramah atau materi di sana adalah alumni angkatan pertama Berkeley.



Pada awal-awal rezim,orde baru yang mewarisi inflasi 3 digit orde lama lebih berkonsentrasi untuk menerapkan kebijakan membangun perekonomian agraris untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat,kebijakan yang cenderung populis jelas tertuju untuk mengambil hati rakyat agar segera melupakan mimpi revolusioner Soekarno dan hal tersebut sangat tepat diterapkan dan masa-masa keemasan orde baru datang pada saat mencapai swasembada.



Namun pendekatan-pendekatan parsial gagasan liberalisasi ekonomi tetap diterapkan oleh rezim orde baru. Kemudian tiba masa medio 1973 dimana pintu liberalisasi semakin menganga, hal tersebut ditandai dengan hadirnya Amerika yang menguasi kilang-kilang minyak lepas pantai dan tambang emas papua kemudian Jepang yang muncul dengan hotel-hotel dan industry perakitan otomotif. Liberalisasi tersebut sangt ditentang oleh sebagian cendikiawan dan kaum aktivis politik, diantara mereka ada empat pilar oposisi yaitu Moh.Hatta,Muchtar Lubis,Sarbini,Soedjatmoko yang mengkritik kebijakan tersebut dan mendesak agar ada proteksi dan nasionalisasi serta membumikan perekonomian koperasi sesuai dengan bunyi pasal 33 UUD 45. Maka timbullah gerakan perlawanan yang di komandoi oleh mahasiswa aksi penolakan semakin besar maka pemerintah semakin represif akhirnya meletuplah peristiwa yang dinamakan MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari) dengan tuntutan otonomisasi Negara dari intervensi asing dan reaksi atas isu NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus).



Agenda-agenda liberalisasi terhenti oleh ketidak stabilan politik waktu itu,suatu peristiwa yang nyaris membuat Soeharto lengser dari kursi presiden. Akibat dari MALARI adalah terjadi perubahan mendasar terhadap arah kebijakan ekonomi waktu itu kepada arah yang sifatnya sentralistik kemudian kebijakan yang membatasi investasi asing ,saham-saham berubah menjadi sifatnya joint venture dimana 51% adalah milik Negara dan sisanya go public, kemudian pemberlakuan system pajak bagi pekerja asing sebesar $ 100 yang bekerja selama lebih dari satu tahun, serta penggagalan sistem devisa bebas sehingga sistem kontrol devisa masih diterapkan dengan membatasi penghasilan ekspor dan menetapkan batas pemasukan devisa Negara namun sistem ini banyak kekurangan pada waktu itu sebab menimbulkan black market yang menyebabkan kerugian Negara,dan masih banyak kebijakan-kebijakan lain namun pada intinya kebijakan yang berlaku pada masa setelah MALARI adalah gagasan tentang sentralisme. Para ekonom /mafia Berkeley yang dipimpin oleh Widjojo Nitrisastro menegaskan bahwa agenda liberalisasi terpaksa ditinggalkan demi keseimbangan struktural akibat menjadi korban ketidakstabilan politik waktu itu.Akan tetapi ketidakstabilan politik dan kebijakan sentralistik tersebut tertolong oleh adanya perang timur-tengah yang menyebabkan suplai minyak ke Negara-negara eropa dan amerika terhenti, Indonesia lah yang menjadi Negara pertama mendapatkan keuntungan besar-besaran dari melambungnya harga minyak pada waktu itu sebesar empat kali lipat.



Menjelang akhir medio 1985 rezim orde baru kemudian mulai menyusun agenda-agenda baru,kembali menyiapkan kebijakan-kebijakan baru yang intinya mengubah tatanan sentralisme ekonomi menuju sistem liberalis. Masa sentralistik dengan pengaruh dominan dari kaum industrialis (Habibie) dan kaum birokrat nasionalis (ginanjar kartasasmita) mulai lunak akibat gencarnya kritik dari kaum teknokrat Berkeley. Anjloknya harga minyak membuat perekonomian waktu itu lesu,dan ini diakali oleh kaum liberal untuk menderegulasi tatanan kebjakan ekonomi. Akhirnya perlahan-lahan sector nonmigas mulai didorong produksinya. Dipimpin oleh konglomerasi konsorsium cendana,dan beberapa perusahaan lain menjalakan perdangangan dengan berkompetisi. Hak-hak monopoli seperti PT.Krakatau Steel mulai dikurangi,terjadi penyegaran dalam sektor perdagangan dengan hadirnya orang-orang baru selain Bob Hasan,Liem Siauw Liong,dkk namun pendatang baru tersebut justru muncul dari kaluarga-keluarga Soeharto,mulai dari anak,saudara,saudara istri,dll menjadikan perubahan kearah propasar sebagai ajang pembagian proyek bagi kroni-kroni Soeharto. Mis management tersebut berdampak besar dengan banyaknya bentuk-bentuk ‘penyelewengan liar’ dan kuatnya kendaraan politik Soeharto membuat posisi para oposisi atau pengkritik tak mampu berbuat banyak,contohnya saja salah satu media terbesar waktu itu Sinar Harapan dibredel oleh Soeharto akibat terlalu tajam mengkritik aktivitas anak-anaknya.



Kegagalan management tersebut membawa Negara kearah kebangkrutan besar, kegagalan pembayaran utang,hingga semakin menumpuknya utang dan pelarian modal keluar negeri berimbas pada krisis,akhirnya akumulasi-akumulasi krisis tersebut memuncak pada tahun 1998,gerakan massa memaksa Soeharto lengser dari kursi yang didudukinya selama 32 tahun.



From heaven to the new hell



‘The New Order’ benar-benar menjadi tonggak perubahan kondisi tatanan politik dan kondisi umum kehidupan bangsa. Sangat jauh berbeda dengan orde terdahulu. Kepemimpinan Soeharto di satu sisi membuahkan segenap prestasi yang membanggakan namun juga meninggalkan berbagai catatan error bagi bangsa ini.



Salah satu prestasi yang menmbanggakan adalah tercapainya pembangunan bagi bangsa ini,bahkan klaim sebagai bapak pembangunan sangat lekat pada Soeharto. Pada awal misi kepemimpinannya Soeharto menetapkan menjadikan bangsa sebagai corong bagi kehidupan kemajuan sektor agraris,ini dilandasi dari pola pikir Soeharto pada awal kepemimpinannya yang menggelontorkan dana anggaran yang begitu besar pada sektor pangan yang menjadi kebutuhan dasar dan pokok kehidupan rakyat. Pembangunan infrastruktur dari irigasi hingga proyek pupuk membuat para petani-petani begitu dimanja pada waktu itu. Misi ini menjadi tujuan nasional ketika itu,mejadi tugas utama para Gubernur/Bupati. Ini berlangsung dari awal kepemimpinannya sampai pertengahan 1980-an. Dan mimpi itu terwujud, Indonesia pernah mencicipi keberhasilan berswasembada dan stabilitas harga akibat peran penting Bulog dalam kontrol harga pada masa orde baru.



Sang macan Asia itulah harapan Indonesia , mimpi-mimpi kesejahteraan akan mendekati kenyataan dalam waktu yang tak lama lagi sebab Soeharto dengan orde barunya akan mewujudkannya. Secara bertahap kebijakan orde lama ditinggalkan, pola ekonomi ‘Berdikari’ ditinggalkan,dibuatlah kebijakan tentang penanaman modal asing. Satu per satu Foreing AID masuk ke negara ini. Pada awalnya sifat pinjaman itu belum terlalu mengganggu kondisi finansial negara sebab prestasi swasembada tadi membantu mengurangi impor negara dan di tambah rejeki dari langit akibat perang teluk yang menyebabkan penjualan minyak negara meningkat dan menambah tebal simpanan devisa.



Rezim orde baru benar-benar menjadikan Indonesia macan asia pada waktu itu, namun ‘surga’ itu tak berlangsung lama. Masa hingar bingar minyak mulai mencapai akhirnya dan sedikit demi sedikit fundamental perekonomian mulai goyah. Faktual yang terjadi adalah boomerang dari terbukanya kran kapitalisme dan utang luar negeri yang tidak terkontrol. Foreing AID yang tadinya menjadi pusaka pembangunan menjadi hantu menakutkan tatkala debt service ratio selalu dalam posisi ‘lampu merah’ terhadap pendapatan ekspor Negara dan akhirnya harus ditambal dengan menggali lubang utang yang digali semakin dalam.



Kondisi perekonomian yang fundamentalnya dibangun atas pondasi utang luar negeri semakin mempersempit ruang gerak bagi kesejahteraan rakyat. Terlebih ketika utang tersebut tak mampu di mobilisasi dengan baik oleh pemerintah, banyaknya capital flight semakin memperjelas kegagalan manajemen orde baru. Menumpuknya utang pemerintah plus utang swasta semakin membuka lebar pintu neraka,welcome to the new hell.



Klimaks Cronic Capitalism



Kroni kapitalisme merupakan jebakan yang memang disengaja akibat peran birokratis-otoritarian orde baru sehingga timbul dominasi konglomerasi akibat rezim kenegaraan yang kuat terhadap kehidupan,full social control yang diterapkan Soeharto tidak mau berkompromi pada waktu itu bahkan perilaku represif menjadi alat pamungkas untuk melanggengkan kekuasaan. Kroni-kroni kemudian mengambil kesempatan, perekonomian Negara semakin dikuasai oleh segelintir manusia yang mampu manghasilkan hampir keseluruhan GNP Negara. Kroni yang terbentuk merupakan hasil hubungan darah dengan Soeharto kemudian kerabat-kerabat Cendana salah satu yang terkenal adalah Bob Hasan sang predator hutan-hutan Indonesia.



Low morality integrity merupakan hal yang menyebabkan kroni tersebut menjadi merajalela merampok kas Negara. Soeharto yang memegang kekuasaan benar-benar memimpin secara otoriter sehingga upaya oposisional yang mencoba melawan dibungkam dengan berbagai cara, salah satunya dengan militerisme yang begitu dominan menjadikan pihak oposisi tak berkutik,mereka sebagian besar dipenjarakan bahkan hilang dari muka bumi.



Kroni-kroni ini tak lepas dari perlindungan hukum oleh Soeharto sehingga menjadikan merekan kebal hukum. Proses akumulasi-akumulasi kebobrokan ini semakin tak terkendali sebab kroni-kroni tersebut semakin menjarah bangsa ini dan menjadi awal perkembangan KKN yang menggerogoti jantung bangsa dan kemudian menjadi hal yang telah mendarah daging bagi para penguasa dan itulah yang menjadi dosa terbesar rezim orde baru,menjadikan praktik-praktik KKN membudaya di institusi-institusi Negara.


BERSAMBUNG...

0 comment:

Posting Komentar