26/12/09

TAFSIR KEMATIAN TUHAN NIETZSCHE

‘Si orang sinting. ...Saya mencari Tuhan! Saya mencari Tuhan !...
Di mana Tuhan? , teriaknya.
Aku akan mengatakan kepada kalian.
Kita telah membunuhnya ,kalian dan saya.
Kita semua adalah pembunuh-pembunuhnya...
Tuhan telah mati! Tuhan tetap mati!
Dan kitalah yang telah membunuhnya!






Berita kematian Tuhan yang dikumandangkan oleh Nietzsche menimbulkan kontroversi dan melahirkan berbagai macam penafsiran. Dan beberapa penafsiran terhadap kontorversi tersebut adalah sebagai berikut :


Pertama ,tafsiran yang paling dangkal ,yang menyatakan bahwa Nietzsche adalah pribadi yang terbelah. Di satu sisi ia menampilkan kereligiusannya,dalam pencarian Tuhan olehnya. Di lain sisi,entah karena apa itu ia menjadi frustasi dan meninggalkan agamanya. Nietzsche adalah gila,berkepribadian ganda.


Kedua,tafsiran yang menunjukkan ya naïf dan tidak-pasif. Ada dua pendapat yang terkait dengan ya naïf : pertama,melihat kematian Tuhan sebagai syarat mutlak bagi hidupnya manusia. Kematian Tuhan di-iyai secara naïf,dan diterima sebagai sesuatu yang positif begitu saja;kedua,melihat kematian Tuhan sebagai kematian manusia. Subjek, rasio, rasionalitas, dan kemanusiaan yang selama ini dibicarakan dalam hubungan dengan Tuhan ikut dimakamkan bersamaan dengan kematian-Nya. Jika Tuhan telah mati,hukum moral tidak ada lagi,kita akan sebebas-bebasnya,bukankah di situ adalah awal kematian manusia? Manusia menjadi anarkis,hedonis,dan hidup tanpa orientasi apa pun.

Dengan kata lain,kesintingan manusia itulah yang menunjukkan tamatnya sebuah kemanusiaan. Tetapi, dengan kematiaan sejenis kemanusiaan seperti itu, bisa jadi juga justru bangkit subjek-subjek dalam arti dalam arti baru. Jika subjek dahulu dipahami secara tunggal,utuh,kini dengan berakhirnya era Tuhan maka bangkitlah subjek-subjek kecil, diseminatif, dan diskontinu.



Posisi tidak-pasif menolak habis-habisan pendapat tentang kematian Tuhan. Berkaitan dengan posisi naïf-pasif ini,muncul sebuah lelucon yang mengatakan bahwa suatu hari ada tulisan: ‘Tuhan sudah mati,tertanda: Nietzsche ‘; ternyata keesokan harinya muncul tulisan lain di bawahnya : ‘Nietzsche sudah mati, tertanda: Tuhan’. Kekekalan dan kemahasegalaan Tuhan dibela dengan resiko menutup telinga terhadap pernyataan-pernyataan.



Allah sudah mati artinya manusia kehilangan pegangannya dan orientasinya yang selama ini menjadi pedoman hidupnya. Tuhan yang hilang akan membuat dunia ini berputar tanpa arah,bergerak tanpa gravitasi dan melayang dalam disorientasi total. Tuhan adalah patokan dan pegangan maha penting bagi hidup. Kematian-Nya akan membuat dunia kehidupan masuk dalam chaos kegelapan total.



Agar manusia tidak masuk dalam chaos kegelapan total tersebut,si orang sinting ( Nietzsche ) mengajukan tawaran pemikirannya dalam bentuk kisah perumpamaan yang penuh ironi. Ia sendiri resah dengan ketidakmengertian yang begitu meluas di zamannya. Untuk menggambarkan keresahannya, ia memperlihatkan dirinya sebagai orang sinting yang masih mau mereaksi bayang-bayang Tuhan dengan membawa lentera. Ia mengajak orang zamannya untuk menyadari konsekuensi dramatis hilangnya Tuhan dari horizon hidup.

0 comment:

Posting Komentar